Pagi itu,
jarum-jarum singgah pada angka 8 pada lingkaran waktu
Prajurit-prajurit angin mendayu-dayu menelusup dalam kesenyapan
lalu masuk ke dalam ruas-ruas dedaunan, menggelitik
Hari membuka matanya lebar-lebar, menjadikan lahan terang benderang
Pasukan bertopi rotan, gagah perkasa melontar nyanyian-nyanyian riang tanda suka
langkah-langkah pasti tinggalkan kelopak sayu pada sangkar
lalu membentang lahan-lahan dari saku-saku Mereka
Irigasi di gerakan dengan tangan-tangan kosong lagi kusam
Nyanyian itu semakin keras di gumamkan
akar-akar kemakmuran pun mulai menyelusup dan membaur tanpa kasta
Di tambah dengan kesujukan air seolah menyuntik akar-akar agar tumbuh kembang
Sesekali sanubari terpanggil oleh mulut- mulut lugu yang kelaparan
Pasukan pun tersentak, cucuran air duka mengalir mengiringi air lelah
Terkutip rangakian aksara duka lagi iba pada lubuk sanubari yang kian mengalir
Lalu terhulurlah tangan dan merangkul dalam peluh
Begitulah keseharian pasukan bergrilia hingga petanng mengusir Mereka dari lahan
Peluh tanda kesah tiada terlisankan, samapi Tuan-tuan datang mengahampiri dan menukar hasil peluh dengan lembaran kertas nan mewangi.
Dan akhirnya lembaran itu lebur di telan oleh pasukan dan mulut-mulut lugu
Itulah keeseharian tanpa batas
( Bogor, 18 maret 2010 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar