.
Rabu, 09 Juni 2010
O, RUANG LEMBAP
peluh dan keluh
menyerap,
dalam ruang udara nan lembap
seakan abadi
O, aksara
kata-kata berlari
merebut, menyelam citra
O, senja
hanya kau yang dapat temaniku
merangkulku,
dan membawaku terbenam..
bersama sinarmu
O, sungguh
hari ini ku tak dapat apa-apa
hanya peluh dan keluh
yang menyerap dalam relungku
O, munajat
bersujud meraba hati
liur berbuih,
menyebut nama pemilik langit
O, hari
meracik munajat pada Nya
menjadi ramuan istimewa
untuk mengeringkan ruang nan lembap
….
agar, O
tak lagi ku ucap
ADA IBU DI BALIK GAPURA
seolah tangguhkan diri dari cuaca
panas tertelan dalam rongga,
dingin melembab dalam raga.
aku tersapa dalam heningnya,
tapi riang yang ia paparkan
berdiri tegak dibalik gapura
mengayun langkah seolah sembunyi
berdesir silir yang ditampilkan
seakan gapura mulia yang tersajikan
aku disambut dengan mulianya
berdiri ibu dibalik gapura yang ia dirikan
sungguh megah menghapus lelah
bercorak ria yang terpantul dari parasnya
paras sang ibunda,
tapi terkejut jantungku..
melihat setetes air peluh dibawah dahi
bertanya-tanya..
apa yang ibu rasakan??
ibu menungguku??
ma`afkan aku jika aku terlalu lama datang menyapamu....
AKU CUMA TAMU
lagi-lagiku temui semu
padahal aku cuma tamu
yang mampir di notemu
untuk melihat lincahnya jemarimu
jangan menyuntik aksara ragu
dalam ragaku..
hingga aku berderu-deru
seolah tak mampu
menahan ragu akan jemariku
Selasa, 13 April 2010
Sayembara menulis Novel DKJ`10
Ketentuan Umum
- Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau bukti identitas lainnya).
- Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
- Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
- Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
- Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
- Tema bebas.
- Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan (sebagian atau seluruhnya)
- Panjang naskah minimal 150 halaman kuarto, 1,5 spasi, Times New Roman 12
- Peserta menyertakan biodata dan alamat lengkap dalam lembar tersendiri, di luar naskah
- Empat salinan naskah yang diketik dan dijilid dikirim ke:
Dewan Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta 10330
- Batas akhir pengiriman naskah: 30 September 2010 (cap pos atau diantar langsung)
- Lain-lain
- Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2010 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada pertengahan Januari 2011.
- Hak cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis.
- Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat.
- Pajak ditanggung pemenang.
- Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta periode 2009-2012.
- Maklumat ini juga bisa diakses di www.dkj.or.id
- Dewan Juri: Agung Ayu, Anton Kurnia, dan A.S. Laksana
Pemenang utama Rp. 20.000.000
Empat pemenang unggulan @ Rp. 7.500.000
LMCR 5
- Berhadiah Total Rp 85 Juta + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
- Peserta Siswa SLTP (Kategori A), Siswa SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C)
Syarat-syarat Lomba:
- Lomba ini terbuka untuk pelajar tingkat SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia maupun yang studi/bekerja di luar negeri. Kecuali keluarga besar PT ROHTO Laboratories Indonesia dan Panitia/Dewan Juri LMCR 2010
- Lomba dibuka 21 April 2010 dan ditutup 15 September 2010 (Stempel Pos)
- Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, derita dan kekecewaan)
- Judul bebas tetapi harus mengacu tema Butir 3
- Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul
- Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia literer (indah, menarik, mengalir) dan komunikatif. Bahasa gaul dan bahasa daerah/asing boleh digunakan untuk segmen dialog para tokohnya – jika itu diperlukan dan sesuai dengan tema
- Naskah yang dilombakan harus asli (bukan jiplakan) dan belum pernah dipublikasi
- Ketentuan Khusus:
- Naskah ditulis di kertas ukuran kuarto, ditik berjarak 1,5 spasi, font 12, huruf Times New Roman, margin justified 2 Cm, panjang naskah antara 6 – 10 halaman, dikirim ke panitia dalam bentuk printout 3 (tiga) rangkap/copy disertai file dalam bentuk CD.
- b. Cantumkan sinopsis maksimal 1 (satu) halaman, mini-biodata pengarang, foto 4R, fotocopy KTP atau SIM/Paspor/Student Card
- Setiap judul cerpen yang dilombakan wajib dilampiri kemasan LIP ICE (bagian kartonnya) atau segel SELSUN Shampo jenis apa saja
- d. Naskah cerpen yang dilombakan beserta persyaratannya dimasukkan ke dalam satu amplop (boleh berisi beberapa judul), cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2010 dan Kategori-nya di atas amplop kanan atas dan dikirim ke: Panitia LMCR-2010 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD – Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City Bogor 16810
- Hasil lomba diumumkan tanggal 15 Oktober 2010 melalui www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
- Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
- Hasil Lomba:
Masing-masing kategori: Pemenang I, II, II dan 5 (lima) Pemenang Harapan Utama, 10 (sepuluh) Pemenang Harapan dan Pemenang Karya Favorit untuk Kategori A: 20 Pemenang, Kategori B: 60 Pemenang dan Kategori C: 100 Pemenang.
Hadiah Untuk Pemenang:
Kategori A (Pelajar SLTP)
- Pemenang I – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
- Pemenang II – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- Pemenang III – Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 20 (dua puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
- Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
- Sekolah Pemenang I, II dan II berhak mendapat 1 (satu) unit TV
Kategori B (Pelajar SLTA)
- Pemenang I – Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
- Pemenang II – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 60 (enam puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
- Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
- Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) unit TV
Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
- Pemenang I – Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
- Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari + Piagam LIP ICE-SELSUN
- 100 (seratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
- Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
- Naskah cerpen yang dilombakan jadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya. Informasi lebih lanjut e-mail ke rayakultura@gmail.com
Jakarta, 10 April 2010
Ketua Panitia LMCR-2010
Sumber:
http://www.rayakultura.netSASTRA DAN KOMITMEN SOSIAL
Apa alasan yang mendasari seorang sastrawan memunculkan kritik satu kondisi sosial melalui karya sastra dengan ‘pesimistik’? Jawabannya satu, kekecewaan terhadap realita yang terjadi. Sebuah social disorder.
Kekecewaan semacam ini dapat dikatakan sebagai stress yang merupakan ekses negatif dari kondisi objektif yang telah ditelan kecerdasan subjektifnya yang kemudian direspons sebagai produk gagal kebudayaan. Stress ini lahir dari kondisi yang memaksa, di mana das sollen sebagai expected condition yang adalah realitas ideal tidak menemukan equilibrium dengan das sein sebagai the objective reality yang merupakan realitas faktual empiris.
Kritik karya sastra terhadap realita merupakan format lain dari sebuah kepedulian sosial, bisa dikatakan bahwa sastra yang berusaha menyajikan kegetiran sosial yang dimunculkan di dalamnya merupakan sebuah tindak sosial (social act) yang menjadi muara kecil dari komitmen sosial (social commitment) seorang sastrawan. Hanya memang terdapat perbedaan pada persoalan komitmen sosial serta tindak sosial. Sekadar cacatan kecil, bahwa komitmen sosial sifatnya lebih subtil-ruhiyah, sehingga tak tampak atau tak terdeteksi secara indrawi pada diri manusia. Sementara tindak sosial terkadang hanya bisa berupa lip service, sesuatu yang manipulatif, atau menipu karena sifatnya yang terdeteksi indra manusia dengan mudah sehingga tindak sosial yang dilakukan terkadang disertai sifat ‘Riya’.
Sastra adalah media proklamasi proses pikir, yang sedikit banyak akan membuka dirinya pada konteks budaya secara dinamis serta ritual-ritual sosial yang turut membidani kelahirannya. Sastra yang ditulis adalah materi solid dari tindak sosial yang lahir dari komitmen seorang sastrawan yang dijadikan arsip budaya untuk dijadikan konstituen kecil dari semesta kebudayaan massa. Adalah Taufiq Ismail, Sapardi Djoko Damono, Pramoedya, Rendra, beberapa dari sekian sastrawan yang telah menunjukkan hal tersebut.
Karya sastra (baca: puisi) bukan sekadar permainan logika yang simulatif, bukan pula area manuver stilistika dari seorang penyair, tapi lebih dari itu--sastra adalah pesawahan subur yang dijadikan tempat tumbuhnya realitas ideal yang kadang tidak diperlakukan adil di dunia realitas faktual empiris. Karena itu konsep social act yang merupakan konkretisasi dari social commitment seorang penyair, dipertaruhkan dalam kondisi yang sebenarnya. Benarkah ide (yang sangat egosentris) ada di atas segalanya? Kenapa ide selalu berbenturan dengan ‘materi’ bernama kepentingan praktis di ranah realita sosial? Tampaknya jawaban atas pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan objektivitas personal.
’Negeriku’ adalah sajak Lukman Asya yang berupaya mengongkretkan dual konsep dalam satu format teks, yakni religiusitas-kesadaran ketuhanan dan problem sosial.
Lukman memberi kesempatan kita untuk menarik citra subjektif ketika membaca sajak-sajaknya melalui narasi-narasi problem sosial yang ia munculkan sebagai tema yang diakulturasi dengan indentitas kepenyairannya yang lebih populer yang dinilai religius. Walau terkadang juga tak mudah bagi para pembaca sajaknya untuk langsung masuk ke ruang ide-tematik dari puisi-puisinya itu.
LASKAR PETANI
jarum-jarum singgah pada angka 8 pada lingkaran waktu
Prajurit-prajurit angin mendayu-dayu menelusup dalam kesenyapan
lalu masuk ke dalam ruas-ruas dedaunan, menggelitik
Hari membuka matanya lebar-lebar, menjadikan lahan terang benderang
Pasukan bertopi rotan, gagah perkasa melontar nyanyian-nyanyian riang tanda suka
langkah-langkah pasti tinggalkan kelopak sayu pada sangkar
lalu membentang lahan-lahan dari saku-saku Mereka
Irigasi di gerakan dengan tangan-tangan kosong lagi kusam
Nyanyian itu semakin keras di gumamkan
akar-akar kemakmuran pun mulai menyelusup dan membaur tanpa kasta
Di tambah dengan kesujukan air seolah menyuntik akar-akar agar tumbuh kembang
Sesekali sanubari terpanggil oleh mulut- mulut lugu yang kelaparan
Pasukan pun tersentak, cucuran air duka mengalir mengiringi air lelah
Terkutip rangakian aksara duka lagi iba pada lubuk sanubari yang kian mengalir
Lalu terhulurlah tangan dan merangkul dalam peluh
Begitulah keseharian pasukan bergrilia hingga petanng mengusir Mereka dari lahan
Peluh tanda kesah tiada terlisankan, samapi Tuan-tuan datang mengahampiri dan menukar hasil peluh dengan lembaran kertas nan mewangi.
Dan akhirnya lembaran itu lebur di telan oleh pasukan dan mulut-mulut lugu
Itulah keeseharian tanpa batas
( Bogor, 18 maret 2010 )